Passion dan Pelayanan
Senin, 22 Januari 2007
Off day, hari ini ga masuk kantor, karena rada radang tenggorokan. Rencananya mau apply Visa ke Taiwan, tapi karena bisa diwakilkan, jadi biar koko yg ngurusin saja. Besok siang 1.30 sudah boleh diambil visanya.
Kemaren malam sempat ngobrol dengan teman soal pelayanan dan passion dalam pelayanan. BB adalah satu gereja yang lumayan unik. Dari sekitar 350 Jemaat pengunjung, ada sekitar 100 yang merupakan pengurus komisi tetap. Total ada sekitar 70% yang terlibat dalam minimal satu jenis pelayanan. Dibanding dengan gereja lain umumnya mungkin aktifis cuma sekitar 20%.
Yang mengalami penurunan yang jelas itu adalah choir. Dulu bisa ada lebih dari 40 anggota, sekarang tinggal 20an, dan masih ada yang mo keluar lagi. Trus yang makin bertambah itu adalah MM. Kenapa? Dalam diskusi dengan temanku itu, sepertinya Passion di dalam melayani di PS jadi hilang.
Passion, atau mungkin bahasa Indonya adalah beban pelayanan, dalam pelayanan apa pun juga, adalah sangat vital. Pelayanan yang tidak dilakukan atas unsur passion, lama kelamaan akan dirasakan sebagai paksaan. Tetapi Passion, tidak mungkin selamanya ada. Seperti masa2 pacaran, atau bahkan setelah menikah. Rasa cinta pada awal memang ada, dan mungkin kental... tetapi apakah setelah 'rasa' itu hilang, maka kita renounce hubungan/relasi tersebut?
Satu hal yang pasti, passion itu harus dipupuk, harus ditumbuhkan, harus dipertahankan. Ketika kita sedang down dalam satu pelayanan, mungkin itu karena kesibukan pribadi kita? hubungan yang tidak beres dengan seseorang dalam pelayanan tersebut? atau apa? Kita harus mencari tahu akar permasalahan tersebut. Selidiki hati masing2, kenapa dulu saya memilih masuk ke choir yah? apakah karena hobi nyanyi, atau karena ada seseorang di choir, atau karena suka tampil? kenapa motivasi yang ada dulu itu bisa hilang sekarang?
Mungkin dulunya kita sendiri motivasinya ga jelas, setelah makin dewasa, kita makin mengerti apa yang Tuhan mau, dan ternyata dirasakan tidak cocok dengan yang kita pegang sekarang. Ataupun mungkin juga, dulu memang pelayanan ini cocok dengan panggilan hidup kita, tetapi dengan terbukanya kesempatan pelayanan yang lain, ada tempat yang lebih cocok lagi untuk menampung beban pelayanan kita. Atau mungkinkah kita selama ini hanya follow the heart? => the heart which is deceitful sometimes?
Ketika kita membicarakan Pelayanan vs Passion, ada satu kata lagi yang harus kita tau, yaitu "Faithfulness". Kesetiaan untuk stay on, ketika passion kita spertinya lagi habis. Kesetiaan untuk stay on, ketika hubungan sptnya sudah tidak langgeng lagi. Sama seperti mengikuti Tuhan, ada saat2 kering, ada saat2 ketika kita diberkati. Pelayanan juga begitu.
Mungkin ketika kita mau decide untuk berhenti dari satu pelayanan, ini pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita:
1. Apakah pelayanan yang Tuhan ingin aku lakukan?
2. Apakah 'cinta' mula2 pada pelayanan ini?
3. Apa yang menyebabkan turunnya perasaan 'cinta' atau passion itu?
Jikalau pertanyaan ini dijawab dengan benar2, it doesn't matter keputusan apapun yang diambil. Jikalau pertanyaan ini tidak mau dijawab, atau dipikirkan, maka 'it still doesn't matter' keputusan apapun yang diambil.
Off day, hari ini ga masuk kantor, karena rada radang tenggorokan. Rencananya mau apply Visa ke Taiwan, tapi karena bisa diwakilkan, jadi biar koko yg ngurusin saja. Besok siang 1.30 sudah boleh diambil visanya.
Kemaren malam sempat ngobrol dengan teman soal pelayanan dan passion dalam pelayanan. BB adalah satu gereja yang lumayan unik. Dari sekitar 350 Jemaat pengunjung, ada sekitar 100 yang merupakan pengurus komisi tetap. Total ada sekitar 70% yang terlibat dalam minimal satu jenis pelayanan. Dibanding dengan gereja lain umumnya mungkin aktifis cuma sekitar 20%.
Yang mengalami penurunan yang jelas itu adalah choir. Dulu bisa ada lebih dari 40 anggota, sekarang tinggal 20an, dan masih ada yang mo keluar lagi. Trus yang makin bertambah itu adalah MM. Kenapa? Dalam diskusi dengan temanku itu, sepertinya Passion di dalam melayani di PS jadi hilang.
Passion, atau mungkin bahasa Indonya adalah beban pelayanan, dalam pelayanan apa pun juga, adalah sangat vital. Pelayanan yang tidak dilakukan atas unsur passion, lama kelamaan akan dirasakan sebagai paksaan. Tetapi Passion, tidak mungkin selamanya ada. Seperti masa2 pacaran, atau bahkan setelah menikah. Rasa cinta pada awal memang ada, dan mungkin kental... tetapi apakah setelah 'rasa' itu hilang, maka kita renounce hubungan/relasi tersebut?
Satu hal yang pasti, passion itu harus dipupuk, harus ditumbuhkan, harus dipertahankan. Ketika kita sedang down dalam satu pelayanan, mungkin itu karena kesibukan pribadi kita? hubungan yang tidak beres dengan seseorang dalam pelayanan tersebut? atau apa? Kita harus mencari tahu akar permasalahan tersebut. Selidiki hati masing2, kenapa dulu saya memilih masuk ke choir yah? apakah karena hobi nyanyi, atau karena ada seseorang di choir, atau karena suka tampil? kenapa motivasi yang ada dulu itu bisa hilang sekarang?
Mungkin dulunya kita sendiri motivasinya ga jelas, setelah makin dewasa, kita makin mengerti apa yang Tuhan mau, dan ternyata dirasakan tidak cocok dengan yang kita pegang sekarang. Ataupun mungkin juga, dulu memang pelayanan ini cocok dengan panggilan hidup kita, tetapi dengan terbukanya kesempatan pelayanan yang lain, ada tempat yang lebih cocok lagi untuk menampung beban pelayanan kita. Atau mungkinkah kita selama ini hanya follow the heart? => the heart which is deceitful sometimes?
Ketika kita membicarakan Pelayanan vs Passion, ada satu kata lagi yang harus kita tau, yaitu "Faithfulness". Kesetiaan untuk stay on, ketika passion kita spertinya lagi habis. Kesetiaan untuk stay on, ketika hubungan sptnya sudah tidak langgeng lagi. Sama seperti mengikuti Tuhan, ada saat2 kering, ada saat2 ketika kita diberkati. Pelayanan juga begitu.
Mungkin ketika kita mau decide untuk berhenti dari satu pelayanan, ini pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri kita:
1. Apakah pelayanan yang Tuhan ingin aku lakukan?
2. Apakah 'cinta' mula2 pada pelayanan ini?
3. Apa yang menyebabkan turunnya perasaan 'cinta' atau passion itu?
Jikalau pertanyaan ini dijawab dengan benar2, it doesn't matter keputusan apapun yang diambil. Jikalau pertanyaan ini tidak mau dijawab, atau dipikirkan, maka 'it still doesn't matter' keputusan apapun yang diambil.
Labels: journal
1 Comments:
At 6:51 pm , Mag said...
Hey Su,
Kenapa orang mundur pelayanan? Mungkin kadang sudah terlalu jadi rutinitas, jadi lupa tujuan utamanya utk apa. Gerejaku sekarang di Middlebury kecil sekali, dan ga banyak kesempatan pelayanan. Tapi jadi bisa lebih fokus pada kebaktian, ga usah gerabak-gerubuk mempersiapkan ini itu setiap akhir pekan. Dan aku bersyukur setengah tahun belakangan ini bisa lebih mengenal pendetaku dan istrinya. Karena gerejanya kecil, jadi ga perlu "rebutan waktu" sama jemaat lain.
Semoga kamu ga sering kesepian lagi di tengah keramaian.
Magda
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home