Refleksi terhadap film First Fruit
Sedikit refleksi terhadap film "First Fruit" yang sudah kita tonton bersama sabtu yang lalu.
Supaya suatu program atau mungkin kata yang lebih tepat, gerakan misi, dapat berjalan, mungkin first and foremost yang diperlukan bukanlah 'orang' yang mau diutus, atau 'uang' untuk mengutus, tetapi doa. Doa, walaupun merupakan yang paling simple bisa dilakukan semua orang, namun kalo didoakan dengan sungguh2, itu justru merupakan yang terpenting.
Dengan berdoa, maka beban di dalam kita bisa ditumbuhkan. Dengan doa, kita bukan hanya menyerahkan permasalahan (tentang misi) kepada Tuhan, tetapi juga indirectly menyerahkan diri kita untuk menjadi jawaban doa tersebut. Karena itu, hati2 kalau mau ikut persekutuan doa misi... bisa2 anda dipanggil untuk diutus, dan ini serius.
Gereja Moravia terhitung gereja reformasi pertama yang mengirimkan missionarynya ke seluruh penjuru dunia. Bukan satu, bukan sepuluh, tetapi ratusan jumlahnya, sehingga mereka juga disebut sebagai salah satu gerakan misi protestan yang paling awal. Apakah gerakan misi mereka berhasil karena modal nekad aja? atau apakah mereka benar2 sudah mendoakannya?
Pada tahun 1727, di Herrnhut, dimulai suatu gerakan "Prayer Watch", seperti mezbah doa di bukit batok. Namun ada 'sedikit' bedanya. Mezbah doa di bukit batok diadakan sebulan sekali, kamis ketiga, jam 8 sampai jam 9 malam. "Prayer Watch" ini sejak dimulai di musim panas tahun 1727 "TIDAK" berhenti hingga 100 (SERATUS) tahun kemudian (sedikit koreksi dari yang disampaikan ka Lion, bukan 100 hari, tetapi 100 tahun). Dimulai dengan 24 pemuda dan 24 pemudi dari Herrnhut yang memberikan diri untuk berdoa setiap hari sejam, dan role ini dikembangkan dan dipass on terus menerus selama 100 tahun.
1732, 5 tahun setelah "Prayer Watch" berjalan, seperti film yang kita nonton Leonard Dober dan David Hitschmann diutus. 1791 (64 tahun kemudian), dari komunitas Herrnhut sendiri sudah dikirim 300 missionaries ke seluruh penjuru dunia (5 benua). Doa mereka tidak berhenti setelah missionaries mereka yang pertama dikirim, tetapi tetap berjalan untuk mendukung, memotivasi, memurnikan, bahkan menyerahkan diri masing2 untuk misi, sehingga dikatakan bukan hanya yang single saja yang pergi, tetapi juga yang sudah berkeluarga sekalipun.
Bukit Batok, apabila mau menjadi suatu gereja yang bermisi, mungkin harus pertama2 menjadi Bukit Doa terlebih dahulu. Di Quarter misi ini, semoga kehadiran jemaat di Mezbah Doa ataupun di PD Misi dapat makin bertambah.
Supaya suatu program atau mungkin kata yang lebih tepat, gerakan misi, dapat berjalan, mungkin first and foremost yang diperlukan bukanlah 'orang' yang mau diutus, atau 'uang' untuk mengutus, tetapi doa. Doa, walaupun merupakan yang paling simple bisa dilakukan semua orang, namun kalo didoakan dengan sungguh2, itu justru merupakan yang terpenting.
Dengan berdoa, maka beban di dalam kita bisa ditumbuhkan. Dengan doa, kita bukan hanya menyerahkan permasalahan (tentang misi) kepada Tuhan, tetapi juga indirectly menyerahkan diri kita untuk menjadi jawaban doa tersebut. Karena itu, hati2 kalau mau ikut persekutuan doa misi... bisa2 anda dipanggil untuk diutus, dan ini serius.
Gereja Moravia terhitung gereja reformasi pertama yang mengirimkan missionarynya ke seluruh penjuru dunia. Bukan satu, bukan sepuluh, tetapi ratusan jumlahnya, sehingga mereka juga disebut sebagai salah satu gerakan misi protestan yang paling awal. Apakah gerakan misi mereka berhasil karena modal nekad aja? atau apakah mereka benar2 sudah mendoakannya?
Pada tahun 1727, di Herrnhut, dimulai suatu gerakan "Prayer Watch", seperti mezbah doa di bukit batok. Namun ada 'sedikit' bedanya. Mezbah doa di bukit batok diadakan sebulan sekali, kamis ketiga, jam 8 sampai jam 9 malam. "Prayer Watch" ini sejak dimulai di musim panas tahun 1727 "TIDAK" berhenti hingga 100 (SERATUS) tahun kemudian (sedikit koreksi dari yang disampaikan ka Lion, bukan 100 hari, tetapi 100 tahun). Dimulai dengan 24 pemuda dan 24 pemudi dari Herrnhut yang memberikan diri untuk berdoa setiap hari sejam, dan role ini dikembangkan dan dipass on terus menerus selama 100 tahun.
1732, 5 tahun setelah "Prayer Watch" berjalan, seperti film yang kita nonton Leonard Dober dan David Hitschmann diutus. 1791 (64 tahun kemudian), dari komunitas Herrnhut sendiri sudah dikirim 300 missionaries ke seluruh penjuru dunia (5 benua). Doa mereka tidak berhenti setelah missionaries mereka yang pertama dikirim, tetapi tetap berjalan untuk mendukung, memotivasi, memurnikan, bahkan menyerahkan diri masing2 untuk misi, sehingga dikatakan bukan hanya yang single saja yang pergi, tetapi juga yang sudah berkeluarga sekalipun.
Bukit Batok, apabila mau menjadi suatu gereja yang bermisi, mungkin harus pertama2 menjadi Bukit Doa terlebih dahulu. Di Quarter misi ini, semoga kehadiran jemaat di Mezbah Doa ataupun di PD Misi dapat makin bertambah.
Labels: journal, movie review
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home