Simply Suhandy

Sunday, June 17, 2007

Gereja Bagai Bahtera

"Gereja bagai bahtera" demikian judul sebuah lagu kristen.

Kalau kita membayangkan suatu kapal, maka coba kita pikirkan role2 dari orang2 yang ada di kapal itu dengan pemetaan ke sebuah gereja:

Penumpang : anggota jemaat biasa
Sukarelawan : aktifis gereja
Awak kapal: anggota Majelis Jemaat
Kapten kapal: Pendeta atau Hamba Tuhan

Kapal yang hanya memiliki penumpang saja, tidak akan bisa berlayar lancar. Ketika topan badai melanda, kapal akan tenggelam, karena tidak ada orang yang kompeten mengendalikan kapal, apalagi mengatur jalannya kapal.

Kapal yang memiliki sukarelawan, mungkin bisa berlayar, tetapi tidak bisa berfungsi sempurna. Karena bagaimana juga, sukarelawan itu bisa datang dan pergi, tidak terikat kepada komitmen. Sukarelawan adalah perpanjangan tangan dari awak kapal yang tidak bisa turun tangan melakukan semua perkara kecil.

Kapal yang memiliki awak kapal, bisa mengendalikan kapal dengan baik. Sekalipun badai atau topan menerpa, mereka mempunyai kemampuan untuk mengatasinya. Tetapi pertanyaannya adalah, ke mana mereka akan berlayar?

Kapal yang memiliki Nahkoda, atau Kapten Kapal tau kemana kapal akan berlayar. Bersama dengan awak kapal, sukarelawan, mereka akan mengantarkan penumpang ke tujuan yang benar, melewati jalan yang terbaik, mengatasi rintangan yang ada.

GPBB adalah bahtera yang telah melalui berbagai tahap yang unik. Ketika baru berdiri, bahtera ini mempunyai Nahkoda pinjaman, sedikit awak kapal, sedikit sukarelawan, sedikit sekali penumpang. Berapa tahun kemudian, kita punya Nahkoda sendiri, awak kapal, sukarelawan dan penumpang yang makin bertambah. Kita pernah mengalami krisis 2.5 tahun tanpa nahkoda, dan bersyukur sekali, hari ini Gereja kita kembali mempunyai seorang Nahkoda tetap.

Tuhan berkati Nahkoda kita (pdt Ayub Yahya) bersama dengan asisten Nahkoda (pr Budianto), segenap awak kapal, sukarelawan, agar kita bisa membawa segenap penumpang melalui haluan yang benar dan tiba di tempat tujuan dengan selamat

Labels:

1 Comments:

  • At 2:26 pm , Blogger Paulus Junior Lazuardi said...

    Lagu ini memang luar biasa. Saya baru mendengarnya belum lama di Gereja, tapi sangat terkesan akan isinya. Sepertinya perlu menjadi lagu wajib seperti lagu kebangsaan ya.

    Posting dari Suhandy sudah agak lama, tapi mungkin tidak masalah ya bila saya komen beberapa hal.

    1. Jika gereja adalah bahtera, lautnya itu apa, atau siapa?
    Bagaimana sikap kita dengan laut yang tidak menentu? Perlukah kita untuk perduli dan menjangkau "laut" tersebut?

    2. Lalu sebagai bagian dari bahtera, sebetulnya (seharusnya) kita tidak perlu takut, kesal, ataupun marah akan kenyataan akan badai atau laut itu sendiri. Sudah ditunjukkan bahwa badai dan laut bisa diredakan oleh Tuhan kita, baik ketika Dia berada di dalam bahtera, ataupun di luar (bdk dengan Kisah berjalan di atas air).

    3. Jika kita percaya dan "diberikan kuasa untuk berjalan di atas air", rasanya jawaban dari nomor 1 adalah perlu.

    Salam

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 

Free Blog Counter