So what if you got a PhD or two
PhD, suatu gelar yang kesannya begitu wah. Doctor of Philosophy. Sounds great!
Tetapi apakah semua Doktor itu memang sehebat title mereka? No doubt, masing-masing telah melalui perjuangan menggali, menganalisasi, sintesis, presentasi dan mempertahankan hasil riset hingga akhirnya bisa lulus dengan sebuah gelar PhD. Itu semua perjuangan yang tidak gampang.
Tetapi, apakah dengan satu gelar PhD, itu berarti kamu menjadi orang yang tahu segalanya? Dr.Walter McConnell (seorang PhD) mengatakan, bahwa seorang PhD:"knows a lot, about a little" artinya, dia cuma tahu banyak (tetapi tetap tidak semuanya), tentang apa yang dia pelajari untuk research papernya, tetapi dia bisa sama begonya terhadap semua hal lain, seperti manusia biasa. Seperti saya.
Seorang yang terpelajar dengan gelar PhD, dan sadar akan bahwa dia tidak mahatahu, maka seharusnya menjadi makin rendah hati dalam melihat masalah. Itu baru merupakan semangat seorang pelajar yang baik. Dia bisa menjadi otoritas di bidang yang dia selami, tetapi di bidang lain, seharusnya dia tutup mulut kalau dia tidak tahu apa-apa.
Kenapa saya menuliskan hal ini? karena ternyata tidak semua orang bergelar PhD sadar akan hal itu!!
Bayangkan saja, seorang ahli kimia yang mengkritisi pelaksanaan pelatihan paduan suara di gereja, padahal mungkin dia tone deaf. Seorang ahli elektronik merekomen seorang konduktor karena orang itu punya jiwa kepemimpinan (yg ga ada hubungannya dengan memimpin ps). Seorang fisikawan mengkritik penggunaan kata-kata teologis seperti pastor, liturgos, pendeta dengan menggunakan kamus bahasa inggris oxford dan common sense, yang artinya bisa jadi tidak benar sama sekali! Dan semua itu dilakukan dengan nada 'otoritatif' seolah dia sudah paling benar!!
Kejadian-kejadian ini mengajarkan saya untuk 2 hal:
1. Jangan sok tahu. Apa yang saya tidak tahu, jangan berlagak pinter. Dr. Florence Tan tadi mengatakan "Don't bluff, Suhandy!" hahaha...
2. Bersabar terhadap orang-orang sok tahu tersebut. Sekalipun mereka bergelar PhD dan saya gak, dan sekalipun mereka tidak benar, tetapi terkadang kita tidak mesti berantem untuk hal-hal non-essential tersebut.
Tetapi apakah semua Doktor itu memang sehebat title mereka? No doubt, masing-masing telah melalui perjuangan menggali, menganalisasi, sintesis, presentasi dan mempertahankan hasil riset hingga akhirnya bisa lulus dengan sebuah gelar PhD. Itu semua perjuangan yang tidak gampang.
Tetapi, apakah dengan satu gelar PhD, itu berarti kamu menjadi orang yang tahu segalanya? Dr.Walter McConnell (seorang PhD) mengatakan, bahwa seorang PhD:"knows a lot, about a little" artinya, dia cuma tahu banyak (tetapi tetap tidak semuanya), tentang apa yang dia pelajari untuk research papernya, tetapi dia bisa sama begonya terhadap semua hal lain, seperti manusia biasa. Seperti saya.
Seorang yang terpelajar dengan gelar PhD, dan sadar akan bahwa dia tidak mahatahu, maka seharusnya menjadi makin rendah hati dalam melihat masalah. Itu baru merupakan semangat seorang pelajar yang baik. Dia bisa menjadi otoritas di bidang yang dia selami, tetapi di bidang lain, seharusnya dia tutup mulut kalau dia tidak tahu apa-apa.
Kenapa saya menuliskan hal ini? karena ternyata tidak semua orang bergelar PhD sadar akan hal itu!!
Bayangkan saja, seorang ahli kimia yang mengkritisi pelaksanaan pelatihan paduan suara di gereja, padahal mungkin dia tone deaf. Seorang ahli elektronik merekomen seorang konduktor karena orang itu punya jiwa kepemimpinan (yg ga ada hubungannya dengan memimpin ps). Seorang fisikawan mengkritik penggunaan kata-kata teologis seperti pastor, liturgos, pendeta dengan menggunakan kamus bahasa inggris oxford dan common sense, yang artinya bisa jadi tidak benar sama sekali! Dan semua itu dilakukan dengan nada 'otoritatif' seolah dia sudah paling benar!!
Kejadian-kejadian ini mengajarkan saya untuk 2 hal:
1. Jangan sok tahu. Apa yang saya tidak tahu, jangan berlagak pinter. Dr. Florence Tan tadi mengatakan "Don't bluff, Suhandy!" hahaha...
2. Bersabar terhadap orang-orang sok tahu tersebut. Sekalipun mereka bergelar PhD dan saya gak, dan sekalipun mereka tidak benar, tetapi terkadang kita tidak mesti berantem untuk hal-hal non-essential tersebut.
Labels: Daily Trivia
1 Comments:
At 11:32 am , Cerita Bermakna dari Negeri China said...
Halo Suhandy,
salam kenal.
Memang benar, orang belajar samapi dengan gelar tinggi itu karena banyak faktor dan tidak boleh bermegah seperti seolah-olah mahat tahu. Kalau orang sungguh belajar dari Yesus ia akan semakin rendah hati dan lemah lembut dengan semua yang diketahuinya.
Hendra Rey-Guangzhou
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home