Malu bertanya, sesat di jalan
Malu bertanya, sesat di jalan
Ini adalah suatu perkataan yang sudah kita kenal sejak SD. Tetapi apakah esensi dari kalimat ini menjadi bagian dari kehidupan kita? Atau kita cuma sudah 'belajar' tetapi tidak pernah benar-benar 'menghidupi' hal tersebut? Dalam bahasa inggris: Studied but never learned?
Hal ini saya alami sendiri tanggal 22 Mei yang lalu. Bersama dengan HL* saya mengunjungi flat seorang pembina di gereja. Tempatnya ada di Toa Payoh. Setelah kunjungan, kita mau cari bus untuk pulang, dan ternyata di situ ada bus 106 yang melewati BuonaVista MRT. Setelah menunggu berapa menit, datanglah bus 106. Saya cek plate di samping bus: Menuju Jurong East, berarti arahnya sudah benar.
5 menit di dalam bus, saya melihat bus bergerak ke arah Serangoon. Dalam hati saya berpikir, mungkin bus ini emang muter ke Serangoon dulu. Setelah sekitar 20 menit, akhirnya busnya tiba juga di tujuan: Serangoon Central Bus Interchange. Waktu sudah jam 11 malam lebih.
Dalam hati saya rada sebel. Sebel sama supir bus, kenapa tidak membalikkan plat bus, sehingga saya salah naik. Sebel sama diri sendiri, kenapa waktu naik bus tidak bertanya sama supir bus, kenapa di dalam bus, tidak bertanya kepada penumpang yang lain. Akibatnya kan saya sendiri yang cape, habis duit, dll.
Manusia memang terkadang begitu, dan terutama di negara yang serba individualistik ini, kita enggan untuk bertanya. Bertanya seolah diidentikkan dengan suatu 'kebodohan'. Kita malu untuk 'expose' kepada orang lain, bahwa kita 'tidak tau' akan suatu hal. Ego kita membuat kita ga mau merendahkan diri untuk bertanya. Padahal sebenarnya dengan bertanya, itu bukan berarti kita bego, tetapi karena kita ingin belajar.
Melalui peristiwa ini, saya jadi belajar, bahwa tidak ada salahnya kita bertanya untuk hal apa saja, seandainya kita ragu. Kita tidak perlu takut akan dilabel 'bego' karena kita tidak bego. Rendah hati dan mau bertanya adalah awal dari pengetahuan (tentu saja yang paling penting adalah takut akan Tuhan).
Malu bertanya, bukan hanya bisa membuat kita sesat di jalan, tetapi bisa juga membuat kita menjadi tidak bertumbuh, rugi waktu, rugi material, cape emosi, cape fisik. Marilah kita rajin-rajin bertanya :)
Ini adalah suatu perkataan yang sudah kita kenal sejak SD. Tetapi apakah esensi dari kalimat ini menjadi bagian dari kehidupan kita? Atau kita cuma sudah 'belajar' tetapi tidak pernah benar-benar 'menghidupi' hal tersebut? Dalam bahasa inggris: Studied but never learned?
Hal ini saya alami sendiri tanggal 22 Mei yang lalu. Bersama dengan HL* saya mengunjungi flat seorang pembina di gereja. Tempatnya ada di Toa Payoh. Setelah kunjungan, kita mau cari bus untuk pulang, dan ternyata di situ ada bus 106 yang melewati BuonaVista MRT. Setelah menunggu berapa menit, datanglah bus 106. Saya cek plate di samping bus: Menuju Jurong East, berarti arahnya sudah benar.
5 menit di dalam bus, saya melihat bus bergerak ke arah Serangoon. Dalam hati saya berpikir, mungkin bus ini emang muter ke Serangoon dulu. Setelah sekitar 20 menit, akhirnya busnya tiba juga di tujuan: Serangoon Central Bus Interchange. Waktu sudah jam 11 malam lebih.
Dalam hati saya rada sebel. Sebel sama supir bus, kenapa tidak membalikkan plat bus, sehingga saya salah naik. Sebel sama diri sendiri, kenapa waktu naik bus tidak bertanya sama supir bus, kenapa di dalam bus, tidak bertanya kepada penumpang yang lain. Akibatnya kan saya sendiri yang cape, habis duit, dll.
Manusia memang terkadang begitu, dan terutama di negara yang serba individualistik ini, kita enggan untuk bertanya. Bertanya seolah diidentikkan dengan suatu 'kebodohan'. Kita malu untuk 'expose' kepada orang lain, bahwa kita 'tidak tau' akan suatu hal. Ego kita membuat kita ga mau merendahkan diri untuk bertanya. Padahal sebenarnya dengan bertanya, itu bukan berarti kita bego, tetapi karena kita ingin belajar.
Melalui peristiwa ini, saya jadi belajar, bahwa tidak ada salahnya kita bertanya untuk hal apa saja, seandainya kita ragu. Kita tidak perlu takut akan dilabel 'bego' karena kita tidak bego. Rendah hati dan mau bertanya adalah awal dari pengetahuan (tentu saja yang paling penting adalah takut akan Tuhan).
Malu bertanya, bukan hanya bisa membuat kita sesat di jalan, tetapi bisa juga membuat kita menjadi tidak bertumbuh, rugi waktu, rugi material, cape emosi, cape fisik. Marilah kita rajin-rajin bertanya :)
Labels: Daily Trivia
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home